"Menulis Blog = Menyimpan Ilmu"

Sabtu, 02 Desember 2017

Ruku' , Bangkit dari Ruku' dan i’tidal dalam Sholat

ruku', berdiri setelah ruku' dan i'tidal
Pada Artikel sebelumnya telah dijelaskan  mengenai Menghadap
Selanjutnya kali ini tentang Ruku’ dan Bacaan Ruku’ dalam Sholat sambungan dari artikel yang sebelumnya :
Cara Ruku’ sebagai berikut :
-   Menaruh tapak tangan di atas lutut sambil menggenggamnya;
-          Merenggangkan jemarinya;
-           Punggung rata (tidak terlalu bungkuk).
-           

Rasululullah saw. Bersabda :
“Apabila Ruku’, letakkanlah tapak tanganmu di atas lutut, lalu renggangkan jemari dan diamlah, sehingga anggota tubuh terletah pada posisinya.” (Ibnu Hibban)
“Apabila Ruku’, letakkanlah tapak tangan di atas lutut, luruskan punggung dan kokohkan Ruku’.” (HR. Ibnu Majah : 169, Abu Dawud : 731)
Diriwayatkan dari Siti ‘Aisyah r.a., dalam hadits yang panjang :“Rasulullah saw. Jika Ruku’, tidak mengangkat kepalanya dan tidak menundukkannya sampai ke bawah, tetapi pertengahan antara itu (lurus antara kepala dengan punggung).” HR. Imam Muslim)
Dari Salim Al-Barrad, ia berkata :
“Kami beserta ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari mendatangi Abu Mas’ud, lalu kami mengatakan kepadanya : ‘Ceritakanlah kepada kami mengenai shalat Rasulullah saw!’ Lalu dia berdiri di hadapan kami – di dalam masjid – lalu ia bertakbir dan ketika Ruku’, ia meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya dan jari-jarinya di bawah lutut. Ia merenggangkan kedua sikunya sehingga setiap anggota tubuhnya menjadi tegak, (lalu berdiri atau bangkit dari Ruku’) sambil mengucapkan ‘sami’allaahu li man hamidah’.” (HR. Imam Nasa’i dan Abu Dawud)
Dari Anas r.a., sesungguhnya Nabi saw. Bersabda kepadanya :“Hai anakku, jika kamu melakukan Ruku’, letakkanlah kedua telapak tanganmu pada kedua lututmu, renggangkan antara jari tanganmu dan jauhkanlah kedua (siku) tanganmu dari kedua sisi pinggangmu.” (HR. Imam Thabrani rahimahullah ta’ala)

Cara bacaan dalam Ruku’
Setelah thuma’ninah Ruku’, kita membaca :
Subhaana rabbiyal ‘azhiim (3x). “Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung.”
(HR. Tirmidzi)
9.2. Subbuuhun qudduusur rabbul malaa’ikati war ruuh. “Mahasuci, Mahabersih, (ya) Tuhan malaikat dan ruh.”
 (HR. Muslim dan Abu ‘Awanah)

Subhaanakallahumma wa bi hamdika allaahummaghfirlii. “Mahasuci Engkau, ya Tuhanku dan dengan memuji-Mu, ya Tuhanku, ampunilah aku.” Do’a ini diucapkan oleh Rasulullah sebagai tafsir ayat Al-Qur’an yang berbunyi :
 “Mahasucikanlah dengan memuji Tuhanmu dan minta ampunlah kepada-Nya, karena sesungguhnya Dia amat menerima taubat.”
 (QS. An-Nahsr : 3) (HR. Bukhari dan Muslim)

Allaahumma laka raka’tu wa bika aamantu wa laka aslamtu anta rabbii, khasya’a laka sam’ii wa basharii wa mukhii wa ‘azhamii. “Ya Tuhanku, kepada-Mulah aku Ruku’, kepada-Mu aku beriman dan kepada-Mu aku menyerah.Engkau adalah Tuhanku.Kepada-Mu pendengaran dan penglihatanku tunduk, begitu juga otak dan tulang-tulangku.”
 (HR. Muslim dan Abu ‘Awanah)

Allaahumma laka raka’tu wa bika aamantu wa laka aslamtu wa ‘alaika tawakkaltu anta rabbii khasya’a sam’ii wa basharii wa damii wa lahmii wa ‘azhamii wa ‘ashabii lillaahi rabbil ‘aalamiin. “Ya Tuhanku, kepada-Mulah aku Ruku’, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku menyerah dan kepada-Mu aku tawakal.Engkau adalah Tuhanku.Pendengaranku, penglihatanku, darahku, dagingku, tulangku dan urat syarafku tunduk kepada Allah Dzat yang mengatur semesta alam.”
(HR. Nasa’i)
Subhaana dzil jabaruuti wal malakuuti wal kibriyaa’i wal ‘azhamah. “Mahasuci Dzat yang mempunyai seluruh kekuasaan, seluruh kerajaan, kebesaran dan keagungan.”
(HR. Abu Dawud dan Nasa’i)

Cara Bangkit dari Ruku
Bangkit dari ruku membaca “sami’allaahu li man hamidah, rabbanaa lakal hamdu” sambil :
-          Mengangkat tangan (sama dengan takbiratul ihram)
-          Meluruskan tulang belakang sehingga tulang-tulang itu kembali ke sendinya.
-          Tangan tidak disedekapkan (dirumbaikan)
-          Dan Cara bersedekap dalam I’tidal (Dijelaskan dibagian bawah )
“…. maka ketika kamu telah mengangkat kepalamu, luruskanlah tulang belakangmu, sehingga kembali tulang-tulang itu ke sendi-sendinya.”
(HR. Bukhari I : 19, Fiqhus Sunnah I : 117)

Keterangan lain :

“… kemudian ia bertakbir ketika Ruku’, kemudian ia ucapkan ‘sami’allaahu li man hamidah’ (mudah-mudahan Allah mendengarkan orang yang memuji-Nya). Ketika mengangkat kepala dari Ruku’, ia mengucapkan ‘rabbanaa wa lakal hamdu’ setelah berdiri (Wahai Tuhan kami dan bagi-Mulah sekalian pujian).”
 (HR. Bukhari I : 179, Muslim I : 198)

Atau setelah membaca ‘sami’allaahu li man hamidah’ membaca :

Allahumma rabbanaa lakaal hamdu mil’as samaawaati wal ardhi wa mil’a maa syi’ta min syai’im ba’du. “Wahai Tuhan kami, bagi-Mulah segala pujian, sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa-apa yang Engkau kehendaki selain dari itu.”
(HR. Muslim I : 190-197, Ibnu Majah : 878)

Pada Hadits Abu Hurairah r.a.  disebutkan bahwa Nabi saw. Bersabda : “Jika imam mengucapkan ‘sami’allaahu li man hamidah’, ucapkanlah oleh kalian ‘allaahumma rabbanaa lakal hamdu’, sebab barang siapa yang bacaannya bersamaan dengan bacaan malaikat, dia akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
 (HR. Malik, Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i)

Imam Ahmad-pun meriwayatkan dengan kata-kata : “Apabila imam mengucapkan ‘sami’allaahu liman hamidah’, orang yang di belakangnya hendaklah mengucapkan ‘allaahumma rabbana lakal hamdu’, maka ucapan itu (pasti) akan bersamaan dengan ucapan ahli langit (malaikat), yakni ‘allaahumma rabbanaa lakal hamdu’, maka diampunilah dosanya yang telah lalu.”

Dalil-dalil di atas diperkuat dengan :

Hadits Abu Musa Al-Asyar’i r.a., menyebutkan bahwa Nabi saw. Bersabda :“Jika imam mengucapkan ‘sami’allaahu liman hamidah’, lalu ma’mum mengucapkan ‘rabbanaa wa lakal hamdu’, Allah swt. Akan mendengarkan kalian.”
(HR. Imam Muslim, Nasa’i dan Ibnu Majah)

Adapun do’a i’tidal ini cukup banyak, diantaranya :

Rabbanaa lakal hamdu.
“Ya Tuhan kami, bagi-Mulah segala puji.” (HR. Bukhari)
Rabbanaa wa lakal hamdu (HR. Ahmad)

Allaahumma rabbanaa lakal hamdu mil’as samaawaati wa mil’al ardhi wa mil’a maa syi’ta min sayi’im ba’du. “Ya Tuhan kami, bagi-Mulah segala puji sepenuh (isi) langit dan sepenuh (isi) bumi dan sepenuh (isi) apa saja yang Engkau kehendaki selain langit dan bumi itu.”
Allaahumma lakal hamdu mil ‘as samaawaati wa mil ‘al ardhi wa mil ‘a maa syi’ta min sya’im ba’du, allaahummathahhirnii bits tsalji wal baradi wal maa’il baaridi, allaahumma thahhirnii minadz dzunuubi wal khathaayaaya kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minal wasakhi – dalam satu riwayat- minad danasi. “Ya Tuhanku, bagi-Mulah segala puji sepenuh (isi) langit dan sepenuh (isi) bumi dan sepenuh (isi) apa saja yang Engkau kehendaki selain langit dan bumi itu. Ya Tuhanku, sucikanlah daku dengan es, embun dan air yang dingin. Ya Tuhanku, sucikanlah daku dari dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dari kotoran.”
 (HR. Muslim).

Rabbanaa lakal hamdu mil ‘as samaawaati wa ardhi wa mil ‘a maa syi’ta min say’im ba’du, ahlats tsanaai wal majdi ahaqqu maa qaalal ‘abdu wa kullunaa laka ‘abdun, allaahumma laa maani ‘a lima a’thaita wa laa mu’thiya limaa mana’ ta wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu. “Ya Tuhan kami, bagi-Mulah segala puji sepenuh (isi) langit dan bumi dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki selain langit dan bumi itu, (wahai) Dzat yang berhak mendapatkan pujian dan keagungan, suatu pujian yang paling banyak diucapkan oleh seorang hamba dan kami semua ini adalah hamba-Mu. Ya Tuhanku, tiada seorang pun yang bisa menghentikan sesuatu yang berikan dan tiada seorang pun yang bisa memberikan sesuatu yang Engkau hentikan dan kekayaan tidak bisa menolong orang yang mempunyai kekayaan itu dari adzab-Mu.”
 (HR. Muslim)

Rabbanaa wa lakal hamdu hamdan katsiiran thayyibam mubaarakan fiihi ka maa yuhibbu rabbanaa wa yardlaa. “Ya Tuhan kami, bagi-Mulah segala puji, degan pujian yang banyak lagi baik dan diberkahi sebagaimana yang disukai oleh Tuhan kami dan diridhai-Nya.”
(HR. Mailk, Bukhari dan Abu Dawud)

ada 2 penadapat dalam I'tidal yaitu Bersedekap dalam I’tidal dan tidak Bersedekap dalam I’tidal
dalam hal ini saya tidak menulis permasalahan ini silahkan anda cari pada website lain yang membahasa masalah ini.
  
CTT : Jangan diPermasalahkan Perbedaan, yang jadi Masalah Sekarang Mengapa Ada Umat yang Mengaku Beragama Islam tapi malas untuk Melaksanakan Sholat. 
sholatlah kau sebelum kamu disholatkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar